dikki boys rezpector

imm adolesensi

Sejarah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Sesungguhnya ada dua faktor integral yang menjadi dasar dan latar belakang sejarah berdirinya IMM, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Yang dimaksud dengan faktor intern adalah faktor yang terdapat dan ada dalam organisasi Muhmmadiyah itu sendiri. Sedangkan faktor ekstern adalah hal-hal dan keadaan yang datang dari dan berada di luar Muhammadiyah, yaitu situasi dan kondisi kehidupan umat dan bangsa serta dinamika gerakan organisasi-organisasi mahasiswa.
Faktor intern sebetulnya lebih dominan dalam bentuk motivasi idealis dari dalam, yaitu dorongan untuk mengembangkan ideologi, paham, dan cita-cita Muhammadiyah. Untuk mewujudkan cita-cita dan merefleksikan ideologinya itu, maka Muhammadiyah mesti bersinggungan dan berinteraksi dengan berbagai lapisan dan golongan masyarakat yang majemuk. Ada masyarakat petani, pedagang, birokrat, intelektual, profesional, mahasiswa. dan sbagainya.
Interaksi dan persinggungan Muhammadiyah dengan mahasiswa untuk merealisasikan maksud dan tujuannya itu, cara dan strateginya bukan secara langsung terjun mendakwahi dan mempengaruhinya di kampus-kampus perguruan tinggi. Tetapi caranya adalah dengan menyediakan dan membentuk wadah khusus yang bisa menarik animo dan mengembangkan potensi mahasiswa. Anggapan mengenai pentingnya wadah bagi mahasiswa tersebut lahir pada saat Muktamar ke-25 Muhammadiyah (Kongres Seperempat Abad Kelahiran Muhammdiyah) pada tahun 1936 di Jakarta. Pada kesempatan itu dicetuskan pula cita-cita besar Muhammadiyah untuk mendidirkan universitas atau perguruan tinggi Muhammadiyah.
Namun demikian, keinginan untuk menghimpun dan membina mahasiswa-mahasiswa Muhammadiyah tersebut tidak bisa langsung terwujud, karena pada saat itu Muhammadiyah belum memiliki perguruan tinggi sendiri. Untuk menjembataninya, maka para mahasiswa yang sepaham, atau mempunyai alam pikiran yang sama, dengan Muhammadiyah itu diwadahi dalam organisasi otonom yang telah ada seperti NA dan Pemuda Muhammadiyah, serta tidak sedikit pula yang berkecimpung di HMI. Pada tanggal 18 November 1955, Muhammadiyah baru bisa mewujudkan cita-citanya untuk mendirikan perguruan tinggi yang sejak lama telah dicetuskannya pada tahun 1936, yaitu dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Filsafat di Padang Panjang. Pada tahun 1958, fakultas serupa dibangun di Surakarta; kemudian di Yogyakarta berdiri Akademi Tabligh Muhammadiyah; dan Fakultas Ilmu Sosial di Jakarta, yang kemudian berkembang menjadi Universitas Muhammadiyah Jakarta. Kendati demikian, cita-cita untuk membentuk organisasi bagi mahasiswa muhammadiyah tersebut belum bisa terbentuk juga pada waktu itu. Kendala utamanya karena Muhammadiyah—yang waktu itu masih menjadi anggota istimewa Masyumi—terikat Ikrar Abadi umat Islam yang dicetuskan pada tanggal 25 Desember 1949, yang salah satu isinya menyatakan satu-satunya organisasi mahasiswa Islam adalah HMI.
Sejak kegiatan pendidikan tinggi atau perguruan tinggi Muhammadiyah berkembang pada tahun 1960-an itulah kembali santer ide tentang perlunya organisasi yang khusus mewadahi dan menangani mahasiswa. Sementara itu, menjelang Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad di Jakarta pada tahun 1962, mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi Muhammadiyah mengadakan Kongres Mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta. Dari kongres ini pula upaya untuk membentuk organisasi khusus bagi mahasiswa Muhammadiyah kembali mengemuka. Pada tanggal 15 Desember 1963 mulai diadakan penjajagan berdirinya Lembaga Dakwah Mahasiswa yang idenya berasal dari Drs. Mohammad Djazman, dan kemudian dikoordinir oleh Ir. Margono, dr. Soedibjo Markoes, dan Drs. A. Rosyad Sholeh.
Dorongan untuk segera membentuk wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah juga datang dari para mahasiswa Muhammadiyah yang ada di Jakarta seperti Nurwijoyo Sarjono, M.Z. Suherman, M. Yasin, Sutrisno Muhdam dan yang lainnya. Dengan banyaknya desakan dan dorongan tersebut, maka PP Pemuda Muhammadiyah—waktu itu M. Fachrurrazi sebagai Ketua Umum dan M. Djazman Al Kindi sebagai Sekretaris Umum—mengusulkan kepada PP Muhammadiyah—yang waktu itu diketuai oleh K.H. Ahmad Badawi—untuk mendirikan organisasi khusus bagi mahasiswa yang diiberi nama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah—atas usul Drs. Mohammad Djazman yang--, dan kemudian disetujui oleh PP Muhammadiyah serta diresmikan pada tanggal 14 Maret 1964 (29 Syawwal 1384). Peresmian berdirinya IMM itu resepsinya diadakan di gedung Dinoto Yogyakarta; dan ditandai dengan penandatanganan "Enam Penegasan IMM" oleh K.H. Ahmad Badawi, yang berbunyi:
  1. Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islam;
  2. Menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM;
  3. Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amala adalah ilmiah;
  4. Menegaskan bahwa amal IMM adalah lilLahi Ta'ala dan seenantiasa diabdikan untuk kepentingan rakyat.
Sedangkan faktor ekstern berdirinya IMM berkaitan dengan situasi dan kondisi kehidupan di luar dan di sekitar Muhammadiyah. Hal ini paling tidak bertalian dengan keadaan umat Islam, kehidupan berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia, serta dinamika gerakan mahasiswa.
Keadaan dan kehidupan umat Islam waktu itu masih banyak dipenuhi oleh tradisi, paham, dan keyakinan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Keyakinan dan praktek keagamaan umat Islam, termasuk di dalamnya adalah mahasiswa, banyak bercampur baur dengan takhayul, bid`ah, dan khurafat.
Sementara itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga tengah terancam oleh pengaruh ideologi komunis (PKI), keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan konflik kekuasaan antar golongan dan partai politik. Sehingga, kendati waktu itu Indonesia telah merdeka selama kurang lebih 20 tahun, namun tidak bisa mencerminkan makna dan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Demokrasi dan kedaulatan rakyat terkungkung, sementara tirani kekuasaan dan otoritarianisme merajalela akibat kebijakan demokrasi terpimpin ala Soekarno.
Keadaan politik Indonesia sekitar awal sampai dengan pertengahan tahun '60-an, tulis Cosmas Batubara, sangat menarik. Banyak pengamat politik yang mengatakan bahwa perkembangan dan kehidupan politik saat itu diwarnai oleh tiga pelaku politik yang amat dominan, yaitu: Diri pribadi Presiden soekarno; ABRI (terutama sekali angkatan Darat); dan PKI. Ketiga kekuatan politik tersebut sangat mewarnai dan mempengaruhi perilaku dan orientasi kehidupan berbangsa, dan bernegara di berbagai lapisan dan kelompok masyarakat. Di kalangan organisasi mahasiswa, orientasi dan perilaku politiknya juga terbagi ke dalam tiga kekuatan dominan tadi. Organisasi mahasiswa yang secara tajam mengikuti garis Presiden Soekarno adalah GMNI, dan yang sejalan dengan garis ABRI adalah HMI, PMKRI, dan SOMAL (Sekretariat Organisasi-Organisasi Mahasiswa Lokal). Sedangkan yang mengikuti dan mendukung garis PKI adalah CGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia). Di tengah kemelut dan pertentangan garis politik tersebut, pergolakan organisasi-organisasi mahasiswa sampai dengan terjadinya G30S 1965 terlihat menemui jalan buntu dalam mempertahankan partisipasinya di era kemerdekaan RI. Pada waktu itu sejak Kongres Mahasiswa Indonesia di malang pada tanggal 8 Juni 1947, organisais-organisasi mahasiswa seperti HMI, PMKRI (Persatuan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia), PMKI (Persekutuan Mahasiswa Kristen Indonesia; yang pada tahun 1950 berubah menjadi GMKI [Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia]), PMJ (Persatuan Mahasiswa Jogjakarta), PMD (Persatuan Mahasiswa Djakarta), MMM (Masyarakat Mahasiswa Malang), PMKH (Persatuan Mahasiswa Kedokteran Hewan), dan SMI (Serikat Mahasiswa Indonesia) berfusi ke dalam PPMI (Perserikatan Perhimpunan-Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) yang bersifat independen. Independensi PPMI sebagai penggalang kekuatan anti-imperialisme pada mulanya berjalan kompak. Tetapi setelah mengadakan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika (KMAA) di Bandung tahun 1957—yang menjadi prestasi puncak PPMI—masing-masing organisasinya kemudian memisahkan diri. Hal ini karena pada tahun 1958 PPMI menerima CGMI, selundupan PKI, yang kemudian melancarkan aksi intervensi untuk mempengaruhi organisasi mahasiswa lain agar keluar dari PPMI. Akhirnya , karena kuatnya pengaruh dan intervensi dari CGMI tersebut, maka masing-masing organisasi dalam PPMI memisahkan diri. Pada bulan oktober 1965, setelah PKI dilumpuhkan, PPMI akhirnya secara resmi membubarkan diri. Sasaran gerakan CGMI sebetulnya ingin mendominasi gerakan mahasiswa dan kehidupan kampus serta ingin menyingkirkan organisasi-organisasi mahasiswa Islam seperti HMI.
Sesungguhnya sebelum PPMI membubarkan diri, antara tahun 1964 sampai 1965 masing-masing organisasi mahasiswa yang berfusi di dalamnya bersikap sok revolusioner. Pada akhirnya HMI juga tidak ketinggalan untuk menjadi bagian dari kekuatan revolusioner. Menurut Deliar Noer, waktu itu HMI dengan keras turut menyanyikan senandung Demokrasi Terpimpin. Slogan-slogan Soekarno mulai dikumandangkan seperti "Nasakom jiwaku", "revolusioner", dan "ganyang Malaysia". Bahkan pada tahun 1964 HMI memecat beberapa anggota penasihatnya yang telah alumni karena tidak sesuai dengan revolusi. HMI juga mengecam keras Kasman Singodimedjo yang sedang menghadapi pengadilan di Bogor dan menuntut dihukum sekeras-kerasnya bila bersalah.
Kendati HMI telah berusaha menunjukkan eksistensi dirinya sebagai bagian dari kekuatan revolusioner, namun tetap saja HMI menjadi sasaran CGMI dan/atau PKI untuk dibubarkan. Pada saat saat HMI terdesak itulah Ikatan mahasiswa Muhammadiyah lahir pada tanggal 14 maret 1964 (29 Syawal 1384 H). Itulah sebabnya muncul persepsi yang keliru bahwa IMM dibentuk adalah sebagai persiapan untuk menampung aggota-anggota HMI kalau terjadi dibubarkan. Persepsi yang keliru ini dikaitkan dengan dekatnya hubungan HMI dengan Muhammadiyah. Sebagaimana diketahui bahwa HMI pada mulanya didirikan dan dibesarkan oleh orang-orang Muhammadiyah, maka kalau HMI dibubarkan Muhammadiyah harus menyediakan wadah lain.
Persepsi tersebut adalah keliru, karena kelahiran IMM salah satu faktor historisnya adalah justru untuk membantu dan mempertahankan eksistensi HMI supaya tidak mempan dengan usaha-usaha PKI yang ingin membubarkannya. Sebab, kalau kelahiran IMM diperuntukkan untuk mengganti HMI jika dibubarkan, maka IMM tidak perlu repot-repot terlibat dalam beraksi menentang PKI yang mau membubarkan HMI. Di antara praduga mengapa kehadiran IMM dalam sejarah gerakan mahasiswa dipersoalkan adalah karena sangat dekatnya kelahiran IMM—kendati ide dasarnya sudah ada sejak tahun 1936—dengan peristiwa G 30 S/PKI. Sehingga muncul pertanyaan (yang menggugat), mengapa IMM yang baru lahir sudah langsung terlibat dalam peristiwa nasional dan sejarah besar dalam pergulatan bangsa melawan dan menghancurkan PKI. Pada tahun 1965, IMM juga ikut bergabung dalam wadah KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), dan Slamet Sukirnanto, salah seorang tokoh DPP IMM, pada saat dibentuknya KAMI menjadi salah satu Ketua Presidium Pusat KAMI. IMM sendiri pada masa-masa awal berdiriya tidak luput dari ancaman dan teror PKI. Reaksi jahat dari PKI terhadap kelahiran IMM tersebut tidak saja tejadi di pusat, tetapi juga di daerah-daerah. Untuk menyelamatkan eksistensi IMM yang baru berdiri itu, maka dalam kesempatan audiensi dan silaturahmi dengan Presiden Soekarno di Istana Negara Jakarta pada tanggal 14 Februari 1965 DPP IMM meminta restunya. "Saja beri restu kepada Ikatan Mahasiswa Muhammadijah", demikian pernyataan yang ditandatangai oleh Presiden Soekarno. Karena IMM merupakan kebutuhan intern dan ekstern Muhammadiyah, maka tokoh-tokoh PP Pemuda Muhammadiyah yang sebelumnya bergabung dengan HMI kembali, sekaligus untuk membina dan mengembangkan IMM. Dalam hal ini juga muncul klaim dan persepsi yang keliru, bahwa IMM dilahirkan oleh HMI. Tokoh-tokoh Pemuda Muhammadiyah khususnya yang terlibat menghembangkan HMI, karena waktu itu IMM belum ada. Sementara keterlibatan mereka di HMI adalah untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah. Buktinya setelah sekian lama ada di HMI, ternyata HMI yang sudah dimasuki oleh mahasiswa dari berbagai kalangan ormas keislaman itu pada akhirnya berbeda dengan orientasi Muhammadiyah. Oleh karena itu adalah wajar jika pada akhirnya mereka kembali ke Muhammadiyah sekaligus untuk turut mengembangkan IMM. Hal ini seperti yang terjadi di Yogyakarta, Jakarta, Riau, Padang, Ujungpandang dan lain lain. Juga perlu dicatat bahwa para tokoh PP Pemuda Muhammadiyah dan NA yang terlibat dalam mengusahakan terbentunya IMM sejak awal sampai berdirinya adalah mereka yang betul-betul tidak pernah terlibat dalam HMI. Berdirinya IMM berdasarkan perjalanan sejarahnya tersebut adalah karena tuntutan dan keharusan sejarah (historical nessecity) dalam kontek kehidupan umat, bangsa, dan negara serta dinamika gerakan mahasiswa di Indonesia. Adapun maksud berdirinya IMM adalah: 1. Turut memelihara martabat dan membela kejayaan bangsa; 2. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam; 3. Sebagai upaya untuk menopang, melangsungkan, dan meneruskan cita-cita pendirian Muhammadiyah; 4. Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna cita-cita pembaruan dan amal usaha Muhammadiyah; 5. Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa, umat, dan persyarikatan.
Dinamika Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Seperti halnya organisasi-organisasi lain, dalam karier sejarahnya IMM mengalami dinamika gerakan yang naik turun dan pasang surut. Selama lebih dari tiga setengah dasawarsa ini, IMM telah mengalami empat periode gerakan. Pertama, periode pergolakan dan pemantapan (1964-1971). Kedua, periode pengembangan (1971-1975). Ketiga, periode tantangan (1975-1985). Keempat, periode kebangkitan (1985-?).
Dalam periode pergolakan dan pemantapan ini, IMM yang masih sangat muda harus berhadapan dengan situasi dan kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya di tengah kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama yang sangat rawan dan kritis. IMM pada saat itu langsung berhadapan dengan kebijakan Manipol Usdek Bung Karno, Nasakom, dan ancaman PKI. Dalam periode ini kegiatan-kegiatan IMM lebih banyak diarahkan kepada pembinaan personil, penguatan organisasi, pembentukan dan pengembangan IMM di kota-kota maupun perguruan tinggi. Dalam periode ini pula pola gerakan, prinsip perjuangan dan perangkat organisasi IMM berhasil ditetapkan.
Dalam periode ini telah terselenggara tiga kali Musyawarah Nasional (Muktamar) dan empat kali Konferensi Nasional (Tanwir) serta terbentuk lima kali formasi kepemimpinan IMM. Selama periode ini Mohammad Djazman Al-Kindi terus menjadi Ketua Umum DPP IMM. Kepemimpinan pertama (DPP Sementara) pra-Munas berlangsung dari tahun 1964-1965, dengan Ketuanya Mohammad Djazman Al-Kindi. Kepemimpinan kedua (1965-1967) adalah hasil Munas I di Surakarta (1-5 Mei 1965). Ketua Umum: Mohammad Djazman Al-Kindi; dan Sekretaris Jendral: A. Rosyad Sholeh. Kepemimpinan ketiga hasil reshuffle pada pertengahan 1966, Ketua Umumnya tetap; dan Soedibjo Markoes menjadi Pejabat Sekjen. Kepemimpinan keempat (1967-1969) hasil Munas II di Banjarmasin (26-30 November 1967), Ketua Umum tetap; dan Sekjennya adalah Syamsu Udaya Nurdin. Kepemimpinan kelima hasil reshuffle pada Konfernas di Magelang (1-4 Juli 1970), Ketua Umum-nya masih tetap; sedangkan yang menjadi Sekjen adalah Bahransyah Usman.
Selain Djazman, tokoh-tokoh awal IMM lainnya yang terkenal di antaranya seperti: A. Rosyad Sholeh, Soedibjo Markoes, Mohammad Arief, Sutrisno Muhdam, Zulkabir, Syamsu Udaya Nurdin, Nurwijoyo Sarjono, Basri Tambun, Fathurrahman, Soemarwan, Ali Kyai Demak, Sudar, M. Husni Thamrin, M. Susanto, Siti Ramlah, Deddy Abu Bakar, Slamet Sukirnanto, M. Amien Rais, Yahya Muhaimin, Abuseri Dimyati, Marzuki Usman, Abdul Hadi W.M. Machnun Husein, dll.
Peran dan kehendak IMM untuk meneguhkan dan memantapkan eksistensinya secara signifikan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara serta untuk kepentingan ummat dan Muhammadiyah selama periode ini tampak menonjol, baik melalui pernyataan deklarasi-deklarasinya—seperti Deklarasi Kota Barat 1965 dan Deklarasi Garut 1967—maupun dengan aktivitas kegiatan dan artikulasi gerakannya. Mulai tahun 1971-1975 disebut sebagai periode pengembangan, karena masalah-masalah yang menyangkut konsolidasi pimpinan dan organisasi tidak terlalu banyak dipersoalkan. Orientasi kegiatan dan dinamika gerakan IMM sudah mulai banyak diarahkan pada pengembangan organisasi seperti melalui program-program sosial, ekonomi, dan pendidikan. Dinamika gerakan IMM ini semakin memperteguh concern IMM terhadap masalah-masalah kehidupan mahasiswa, umat, dan bangsa di tengah gejolak sosial dan modernisasi pembangunan. Hal ini misalnya seperti yang dinyatakan dalam Deklarasi Baiturrahman 1975, maupun dalam hasil rumusan pemikiran dari Munas dan Konferensi IMM. Dalam periode ini hanya terjadi satu kali suksesi kepemimpinan di tingkat DPP IMM. Munas III di Yogyakarta (14-19 Maret 1971) menghasilkan A. Rosyad Sholeh sebagai Ketua Umum; dan Machnun Husein sebagai Sekjen. Kemudian Konfernas V di Padang memutuskan penambahan personalia staf DPP IMM, yaitu: Alfian Darmawan, Abbas Sani, Maksum Saidrum, Ajeng Kartini, Dahlan Rais, Ahmad Syaichu, dan Arief Hasbu.

dan saya di sini juga para mahasiswa yang organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ADOLESENSI tahun 2011 yang bertempat tingal di malang jaln tlogo mas 15c no12








READMORE
 

rezpector

Rezpector

Nama Rezpector, diambil dari kata Respect yang artinya menghargai, menghormati, toleransi. Rezpector adalah orang yang saling menghargai dan menghormati satu sama lain tanpa memandang perbedaan agama,status sosial, kesukuan, ras, keturunan, kebangsaan dengan menjalin persatuan dan kesatuan diantara para pecinta musik khususnya musik Indonesia.
Atas pertimbangan tersebut maka Rezpector Foundation perlu dibentuk guna kelestarian silaturahmi diantara para penggemar musik baik anggota Rezpector pada khususnya, serta kemungkinan kemanfaatannya bagi kepentingan masyarakat luas pada umumnya.
Selain dari pada itu Rezpector dibentuk untuk mempermudah kedekatan antara artist maupun musisi dengan para penggemarnya serta bisa menjalin keakraban antar rezpector-rezpector lain. 


by dikkiby dikki




READMORE
 

1001 Jenis Huruf dan Abjad Dari Berbagai Bangsa Di Dunia

1001 Jenis Huruf dan Abjad Dari Berbagai Bangsa Di Dunia

Abjad adalah sistem penulisan yang menuliskan semua fonem, kecuali vokal. Hampir semua tulisan-tulisan Semitik termasuk abjad, misalkan huruf Fenisia, huruf Arab, huruf Ibrani, dan huruf Syriac. Dalam penggunaan bahasa Indonesia, namun, istilah Abjad juga bisa merujuk kepada Alfabet

Huruf Alfabet Pertama Kali Ditemukan

Alfabet Arab

Alfabet Arab yang kadang-kadang disebut abjad hija'iyah, berasal dari aksara Aramaik (dari bahasa Syria dan Nabatea), dimana abjad Aram terlihat kemiripannya dengan abjad Koptik dan Yunani. Terlihat perbedaan penulisan antara Magribi dan Timur Tengah. Diantaranya adalah penulisan huruf qaf dan fa. Di Maghribi, huruf qaf dan fa dituliskan dengan memiliki titik dibawah dan satu titik diatasnya. "Arab Umum" atau "Al-'Arabiyyah Al-'Ammiyah" adalah bahasa Arab yang dipakai dalam percakapan sehari-hari di dunia Arab, dan amat berbeda dengan Bahasa Arab tulisan. Perbedaan dialek paling utama ialah antara Afrika Utara (Magribi) dan bagian Timur Tengah (Hijaz). Faktor yang menyebabkan perbedaan dialek bahasa Arab ialah pengaruh substrat (bahasa yang digunakan sebelum bahasa Arab datang). Seperti misalnya pada kata yakūn (artinya "itu"), di Irak disebut aku, di Palestina fih, dan di Magribi disebut kayən.

Huruf Pengucapan
ا alif
ب ba
ت ta
ث tsa
ج jim
ح ha
خ kho
د dal
ذ dzal
ر ro
ز zay
س sin
ش syin
ص shod
ض dhod
ط tho
ظ zho
ع 'ain
غ ghoin
ف fa
ق qof
ك kaf
ل lam
م mim
ن nun
و wau
هـ ha
لا lam alif
hamzah
ي ya

Huruf Ibrani

Huruf Ibrani adalah sebuah alfabet yang digunakan untuk menulis bahasa Ibrani. ((Ibrani |Redirect)) ((Infobox Bahasa nama | = Ibrani nativename | = ((lang | ia | עִבְרִית))((lang | ia-Latn | Ivrit)) Pelafalan | = 'Israel standar: ((IPA | [(ʔ)] ivʁit)) - ((IPA | [(ʔ) ivɾit ]}},<> standar Israel ( Sephardi ): ((IPA | [ʕivɾit br ]}},< /> Irak:((IPA | [ʕibri ː θ ]}},<> Yemen :' ((IPA | [ʕivri ː θ ]}},<> Ashkenazi : ((IPA | [ivʀis]) ) daerah | = Israel
Global (sebagai bahasa liturgi untuk Yudaisme), di Tepi Barat, dan Gaza | Speaker =Total Speakers <10.000.000>
Pertama Bahasa 5.300.000 (2009); Kesalahan pengutipan: Tag harus ditutup oleh , yaitu:

  1. Ibrani Kuno (sebelum 500 SM)
  2. Ibrani Kitab Suci (~500-200 SM; mis. di kitab Ezra, Nehemia, Ester)
  3. Ibrani Mishnah (~200 SM - 600 M; mis. gulungan naskah Qumran)
  4. Ibrani Para Rabi (~600-1800 M)
  5. Ibrani Modern (abad ke-20 hingga sekarang)

Abjad Ibrani terdiri dari 22 huruf. Abjad Ibrani pada bagan di atas hanya terdiri dari konsonan saja (juga termasuk huruf alef dan ayin). Karena teks Ibrani kuno hanya ditulis dalam bentuk konsonan saja (tanpa vokal), maka pelafalannya didasarkan pada tradisi lisan yang turun-temurun dari generasi ke generasi. Sistem penulisan vokal baru muncul sekitar tahun 500 M sampai 1000 M. Sistem penulisan vokal ini diadakan dengan tujuan untuk melestarikan tradisi lisan tersebut. Teks Ibrani kuno yang tanpa vokal tersebut disebut 'teks tanpa titik'. Gulungan-gulungan yang terdapat di sinagoge-sinagoge dewasa ini ditulis dengan tidak membubuhkan vokal sebagaimana kebanyakan buku-buku, majalah-majalah dan surat-kabar-surat-kabar yang dicetak dalam huruf Ibrani modern. Penulisan yang dibubuhi vokal sangat besar manfaatnya bagi para pemula yang belajar bahasa Ibrani.

Daftar Huruf-huruf Ibrani

Huruf Nama bunyi transliterasi
א Alef /'/
ב Beth /b/ /v/ b
ג Gimmel /g/ g
ד Dalet /d/ d
ה He /h/ h
ו Waw /v/ v
ז Zayin /z/ z
ח Kheth /x/ kh
ט, Thet /t/ t
י Yod /y/ y
ך כ Kaf /k/ /kh/ k
ל Lamed /l/ l
ם מ Mem /m/ m
ן נ Nun /n/ n
ס Sammeg /s/ s
ע 'Ain /?/ '
ף פ Pe /p/ /f/ p
ץ צ Tsade /ts/ ts
ק Qaf /q/ q
ר Resy /r/ r
ש Syin /sy/ /s/ sy
ת Taf /t/ t

Huruf Ibrani dalam Kodeks Aleppo

Huruf Fenisia

Huruf Fenisia berasal dari kira-kira tahun 1000 SM dan merupakan turunan langsung huruf Proto-Sinai. Huruf ini digunakan oleh orang Fenisia untuk menulis bahasa Fenisia, sebuah bahasa Semitik Utara. Abjad-abjad modern yang merupakan turunan huruf Fenisia adalah abjad Yunani, abjad Latin, dan abjad Ibrani. Huruf Fenisia termasuk sebuah abjad. Huruf Fenisia adalah sebuah abjad "gundul". Dalam huruf Fenisia, vokal tidak dituliskan.Prasasti-prasasti Fenisia ditemukan di seantero Laut Tengah. Situs-situsnya antara lain adalah Byblos (Lebanon) dan Kartago (Tunisia).

Daftar Abjad Huruf FenisiaAbjad Yunani

Secara keseluruhan abjad Yunani berjumlah 24 huruf, yaitu : Alpha, Beta, Gamma, Delta, Episilon, Zeta, Eta, Theta, Iota, Kappa, Lambda, Mu, Nu, Xi, Omicron, Phi, Rho, Sigma, Tau, Upsilon, Pi, Chi, Psi dan Omega. Abjad Yunani diatas telah digunakan untuk menuliskan bahasa Yunani sejak akhir abad ke-9 SM atau awal abad ke-8 SM. Abjad Yunani Ini merupakan tulisan alfabet tertua yang masih digunakan sekarang. Huruf-huruf ini juga digunakan untuk mewakili angka Yunani (nomor), sejak abad ke-2 SM.

Huruf Cina

Aksara Tionghoa (漢字) adalah bentuk-bentuk tertulis bahasa Tionghoa, dan dalam jumlah yang lebih kecil; bahasa Jepang dan bahasa Korea (hanya di Korea Selatan). Aksara Tionghoa telah menghilang dari bahasa Vietnam — di saat mereka digunakan hingga abad ke-20 — dan Korea Utara, di saat mereka telah digantikan sepenuhnya oleh Hangul. Aksara Tionghoa disebut hànzì dalam bahasa Mandarin, kanji dalam bahasa Jepang, hanja atau hanmun dalam bahasa Korea, dan Hán tự (juga digunakan dalam tulisan chu nom) dalam bahasa Vietnam.

Huruf Jepang

Huruf hiragana itu adalah huruf standard jepang (kayak abjad di alphabet lah). jadi biasanya pada pemula kalau belajar tulisan, mulai dari hiragana dulu.

hirchart2.jpg

Huruf Rusia

Abjad

Abjad Rusia berasal dari abjad Sirilik yang dimodifikasi. Abjad Rusia berjumlah 33 huruf. Tabel berikut ini akan memberikan abjad dan cara mengucapkannya.

А
/a/
Б
/b/
В
/v/
Г
/g/
Д
/d/
Е
/je/
Ё
/jo/
Ж
/ʐ/
З
/z/
И
/i/
Й
/j/
К
/k/
Л
/l/
М
/m/
Н
/n/
О
/o/
П
/p/
Р
/r/
С
/s/
Т
/t/
У
/u/
Ф
/f/
Х
/h/
Ц
/ʦ/
Ч
/ʨ/
Ш
/ʂ/
Щ
/ɕː/
Ъ
/-/
Ы
[ɨ]
Ь
/◌ʲ/
Э
/e/
Ю
/ju/
Я
/ja/

Huruf Korea

Sistem penulisan bahasa Korea yang asli — disebut Hangul — merupakan sistem yang silabik dan fonetik. Aksara-aksara Sino-Korea (Hanja) juga digunakan untuk menulis bahasa Korea. Walaupun kata-kata yang paling umum digunakan merupakan Hangul, lebih dari 70% kosakata bahasa Korea terdiri dari kata-kata yang dibentuk dari Hanja atau diambil dari bahasa Mandarin. Huruf ini dikenalkan oleh Raja Sejong pada abad ke-15, dikenal sebagai Hunmin Jeongeum. Namun istilah Hangul baru dikenal pada permulaan abad ke-20. Setelah Hangeul digunakan pun, Hanja masih tetap dipakai, sedang Hangeul dipakai oleh orang-orang tidak berpendidikan, wanita dan anak-anak. Namun pada perkembangannya, Hangeul makin banyak digunakan bahkan pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, penggunaan Hangeul dan Hanja seimbang. Namun kini, Hanja hanya dijumpai pada tulisan-tulisan akademik dan resmi, sedangkan hampir semua papan nama, jalan, petunjuk, bahkan tulisan-tulisan informal ditulis dalam Hangeul.

Huruf thailand

Abjad Thai (bahasa Thai: อักษรไทย, àksŏn thai) digunakan untuk menulis bahasa Thai dan kebanyakan bahasa-bahasa kaum minoriti di Thailand. Abjad ini terdiri daripada 44 huruf konsonan (พยัญชนะ, phayanchaná), 15 tanda vokal (สระ, sàrà) yang membentuk sekurang-kurangnya 28 bentuk vokal, dan empat tanda nada (วรรณยุกต์ / วรรณยุต, wannayúk atau wannayút). Tulisan Thai berbentuk abugida, yang mana huruf konsonan diiringi bunyi vokal, iaitu sama ada 'a' atau 'o' melainkan disertakan tanda vokal. Huruf-huruf konsonan ditulis secara melintang dari kiri ke kanan, sementara tanda vokal diatur di atas, bawah, kiri, kanan atau mengapit huruf konsonan padanannya. Tulisan Thai juga merangkumi angka Thai yang berasaskan sistem angka Hindu-Arab (ตัวเลขไทย, tua lek thai), tetapi angka Hindu-Arab bergaya Barat (ตัวเลขฮินดูอารบิก, tua lek hindu arabik) juga laris digunakan. Abjad Thai diterbitkan daripada tulisan Khmer lama, iaitu sejenis gaya penulisan Brahmi selatan yang bernama Vatteluttu atau tulisan Pallawa. Mengikut tradisi, abjad Thai dicipta pada tahun 1283 oleh Raja Ramkhamhaeng (bahasa Thai: พ่อขุนรามคำแหงมหาราช).

Terdapat 44 huruf konsonan yang mewakili 21 bunyi konsonan berbeza. Terdapat konsonan pendua yang sebenarnya mewakili konsonan berbeza dalam bahasa Sanskrit dan Pali, tetapi sama sebutannya dalam bahasa Thai. Huruf konsonan terbahagi kepada tiga kelas, iaitu rendah (เสียงต่ำ, siang tam), tengah (เสียงกลาง, siang klang) dan tinggi (เสียงสูง, siang sung), yang menentukan nada vokal berikutnya.

Untuk membantu pembelajaran, setiap huruf konsonan dinamakan dengan perkataan akrofoni yang bermula dengan atau mengetengahkan bunyi konsonannya. Misalnya, nama huruf ข ialah kho khai (ข ไข่), iaitu kho sebagai bunyinya, dan khai (ไข่) ialah perkataan yang bermula dengan bunyi konsonan berkenaan, dan bererti "telur". Terdapat dua huruf konsonan, iaitu ฃ (kho khuat) dan ฅ (kho khon), yang tidak dipakai lagi dalam penulisan bahasa Thai, tetapi masih terdapat pada papan kekunci dan set aksara Thai.

Aksara Nama RTGS IPA Kelas
Thai RTGS (erti) Awal Akhir Awal Akhir
ก ไก่ ko kai (ayam) k k k k tengah
ข ไข่ kho khai (telur) kh k k tinggi
ฃ ขวด kho khuat (botol) [lapuk] kh k k tinggi
ค ควาย kho khwai (kerbau) kh k k rendah
ฅ คน kho khon (orang) [lapuk] kh k k rendah
ฆ ระฆัง kho ra-khang (genta) kh k k rendah
ง งู ngo ngu (ular) ng ng ŋ ŋ rendah
จ จาน cho chan (pinggan) ch t t tengah
ฉ ฉิ่ง cho ching (simbal) ch - tɕʰ - tinggi
ช ช้าง cho chang (gajah) ch t tɕʰ t rendah
ซ โซ่ so so (rantai) s t s t rendah
ฌ เฌอ cho choe (rimbun) ch - tɕʰ - rendah
ญ หญิง yo ying (wanita) y n j n rendah
ฎ ชฎา do cha-da (alas kepala) d t d t tengah
ฏ ปฏัก to pa-tak (angkus) t t t t tengah
ฐ ฐาน tho san-than (tapak) th t t tinggi
ฑ มณโฑ tho montho (penari) th t t rendah
ฒ ผู้เฒ่า tho phu-thao (orang tua) th t t rendah
ณ เณร no nen (anak sami) n n n n rendah
ด เด็ก do dek (anak) d t d t tengah
ต เต่า to tao (penyu) t t t t tengah
ถ ถุง tho thung (guni) th t t tinggi
ท ทหาร tho thahan (askar) th t t rendah
ธ ธง tho thong (bendera) th t t rendah
น หนู no nu (tikus) n n n n rendah
บ ใบไม้ bo baimai (daun) b p b p tengah
ป ปลา po plaa (ikan) p p p p tengah
ผ ผึ้ง pho phueng (lebah) ph - - tinggi
ฝ ฝา fo fa (tudung) f - f - tinggi
พ พาน pho phan (dulang) ph p p rendah
ฟ ฟัน fo fan (gigi) f p f p rendah
ภ สำเภา pho sam-phao (kapal layar) ph p p rendah
ม ม้า mo ma (kuda) m m m m rendah
ย ยักษ์ yo yak (gergasi) y y j j rendah
ร เรือ ro ruea (perahu) r n r n rendah
ล ลิง lo ling (monyet) l n l n rendah
ว แหวน wo waen (gelang) w w w w rendah
ศ ศาลา so sala (astaka) s t s t tinggi
ษ ฤๅษี so rue-si (pertapa) s t s t tinggi
ส เสือ so suea (harimau) s t s t tinggi
ห หีบ ho hip (dada) h - h - tinggi
ฬ จุฬา lo chu-la (layang-layang) l n l n rendah
อ อ่าง o ang (besen) * - ʔ - tengah
ฮ นกฮูก ho nok-huk (burung pungguk) h - h - rendah

Huruf jawa

Hanacaraka atau dikenal dengan nama carakan atau cacarakan (bahasa Sunda) adalah aksara turunan aksara Brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Melayu (Pasar), bahasa Sunda, bahasa Bali, dan bahasa Sasak. Bentuk hanacaraka yang sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "hari". Aksara Na yang mewakili dua huruf, yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi". Dengan demikian, terdapat penyingkatan cacah huruf dalam suatu penulisan kata apabila dibandingkan dengan penulisan aksara Latin.

Huruf dasar (aksara nglegena)

Pada aksara Jawa hanacaraka baku terdapat 20 huruf dasar (aksara nglegena), yang biasa diurutkan menjadi suatu "cerita pendek":

  • ha na ca ra ka
  • da ta sa wa la
  • pa dha ja ya nya
  • ma ga ba tha nga

Daftar aksara nglegena:
Hanacaraka-jawa-1.png

Huruf Tuna Rungu

dari berbagai sumber


Huruf Nama Arti Alih

aksara

Huruf yang sama di abjad
Ibrani Arab Yunani Latin
Aleph ʾāleph lembu ʾ א Α, α A, a
Beth bēth rumah b ב Β, β B, b
Gimel gīmel unta g ג Γ, γ C, c / G, g
Daleth dāleth pintu d ד Δ, δ D, d
He jendela h ה Ε, ε E, e
Waw wāw kait w ו (Ϝ, ϝ) / Υ, υ F, f / U, u
Zayin zayin senjata z ז Ζ, ζ Z, z
Heth ḥēth pagar ח Η, η H, h
Teth ṭēth ? ט Θ, θ
Yodh yōdh lengan y י Ι, ι I, i
Kaph kaph telapak tangan k כ Κ, κ K, k
Lamedh lāmedh kambing l ל Λ, λ L, l
Mem mēm air m מ Μ, μ M, m
Nun nun ikan n נ Ν, ν N, n
Samekh sāmekh ikan s ס
Ξ, ξ
Ayin ʿayin mata ʿ ע Ο, ο O, o
Pe mulut p פ Π, π P, p
Sade ṣādē ? צ (Ϻ, ϻ)
Qoph qōph kera q ק (Ϙ, ϙ) Q, q
Res rēš kepala r ר Ρ, ρ R, r
Sin šin gigi š ש Σ, σ S, s
Taw tāw tanda t ת Τ, τ T, t
READMORE
 

Jangan Pernah Berubah (Acoustic Version)

Artis : ST 12
Judul : Jangan Pernah Berubah (Acoustic Version)


ST 12 - Isabella
Download lagu ST12 - Jangan Pernah Berubah (Acoustic Version). Gunakan Nada Sambung Pribadi ST12 - Jangan Pernah Berubah (Acoustic Version). Dan jangan lupa beli Kaset dan CD original ST 12 dari album mereka, untuk menghargai karya musisi anak negeri.



READMORE